Friday, December 2, 2016

Sri Mulyani Mengharapkan Mastel Memberikan Rekomendasi Visioner



Tanggal 1 Desember 2016, Mastel (Masyarakat Telematika Indonesia) merayakan ulang tahunnya yang ke 23 dengan mengadakan Dialog Akhir Tahun dengan tema “ Indonesian Economy and ICT Outlook 2017”.

Hadir untuk memberikan Keynote adalah Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Menteri Keuangan RI dan Menteri PPN/Kepala Bappenas RI.

Keynote Speech yang disampaikan oleh ibu Sri Mulyani sungguh menarik dan pas sekali bagi acara ini. Beliau mengawali dengan menyampaikan bahwa perekonomian dunia masih tidak pasti dan cenderung lemah. Krisis ekonomi di Eropa masih berlanjut dan akut, sampai sekarang masih penuh ketidak pastian. Sementara itu Cina yang selama ini ekonomi nya tumbuh dengan cepat, dengan mengimpor kapital dari luar negeri dan produk-produknya di jual ke pasar global, sekarang melambat . Kini Cina harus mengandalkan konsumsi domestik yang artinya upah pekerja harus naik agar konsumsi meningkat. Cina harus meninggalkan industri berbasis tenaga kerja murah dan akan melakukan investasi besar untuk meningkatkan nilai tambah dan pemanfaatan teknologi.

Dampak perekonomian dunia kepada Indonesia adalah permintaan komoditi yang melemah dan harganya pun turun. Indonesia, karenanya harus melakukan diversifikasi ekonomi, mengurangi ketergantungan pada komoditi. Saat ini pertumbuhan ekspor masih negatif. Investasi pun melemah sejalan dengan melemahnya bisnis berbasis komoditi. Inflasi, nilai tukar mata uang terjaga dengan baik. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Negara memasukkan tambahan modal ke BUMN. Tentunya pemerintah tidak bisa berjuang sendirian, pihak swasta pun harus melakukan investasi.

Dari sisi suplai, pertanian tumbuh baik meski ada tantangan cuaca. Sektor Jasa tumbuh dua digit, termasuk perbankan dan Jasa Teknologi Informasi dan Telekomunikasi. Potensi Indonesia dalam digital eknomi luar biasa. Paket 10 dan paket 14 dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi tersebut. Dengan dibukanya peluang investasi diharapkan kapital masuk, ide-ide baru masuk yang akan menumbuhkan ekonomi. Agar digital ekonomi bisa tumbuh dan berkembang dibutuhkan trust. Masyarakat Telematika harus memikirkan bukan hanya hard infrastructure tetapi juga soal trust, yang dialamnya mencakup ketaatan pada aturan, suasana aman, penyelewengan serendah mungkin, dll.

Dari sisi APBN selain memikirkan sisi pendapatan, sisi belanja juga tidak kalah pentingnya. 20 % APBN dialokasikan untuk pendidikan, nilainya 400 T, dimana dibelanjakan ? Apakah akan menghasilkan inovator ? Kita ini mendesain pendidikan untuk pekejaan yang mungkin sepuluh tahun kedepan sudah tidak ada lagi. Kesehatan 100 T, bagaimana agar bisa dibelanjakan dengan bijak. Masyarakat perlu berpartisipasi untuk mengontrol. Masyarakat Telematika mestinya bisa membuat platform untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat didalam mengawasi APBN. Sehingga bila ada perbedaan antara besarnya biaya dengan proyek yang dihasilkan, masyarakat bisa melaporkan. Jadi terjadi demokratisasi penggunaan APBN. Potensi pemanfaatan ICT tidak ada batasnya. Ibu Sri Mulyani mendorong Masyarakat Telematikan untuk mengeksploitasinya.

Mengenai pengenaan pajak bagi pemain OTT (Over the Top), termasuk Google, pada prinsipnya yang diinginkan adalah format nya sama bagi semua pemain OTT. Apabila ada National Payment Gateway, pajaknya diharapkan bisa adil, dengan automatic deduction. Dimana transaksi terjadi, disitulah pajak dipotong, sehingga terjadi perlakuan yang adil dan terjadi persaingan yang sehat.

Ibu Sri Mulyani kemudian membahas tentang retail masa depan. Saat ini saja, kita semua dapat membeli buku secara online dan dapat di unduh dan dibaca melalui gadget dimana saja. Toko buku online di luar negeri itu tidak perlu melakukan investasi toko secara fisik di Indonesia, tidak ada buku-buku yang di-display, tidak perlu membayar penjaga toko dan tidak membayar pajak pula di Indonesia. Mereka dapat menjalankan bisnisnya dengan sangat efisien. Sementara itu, toko buku di Indonesia harus investasi gedung, interior, pegawai, pajak dll. Mall masa depan akan lebih canggih lagi, misalnya begitu konsumer masuk ke toko, sudah muncul data-data tentang konsumer tersebut, ukuran, warna serta merek pakaian, kosmetik, sepatu dll yang pernah dibeli, sehingga toko itu dapat merekomendasikan produk yang cocok. Dan tidak diperlukan penjaga toko. Hal-hal seperti ini exciting sekaligus menakutkan.

Sebagai regulator, Sri Mulyani harus memikirkan dampak regulasi terhadap dua ratus lima puluh juta rakyat Indonesia. Untuk itu diperlukan rekomendasi-rekomendasi dari Masyarakat Telematika yang visioner, dengan mempertimbangkan tren teknologi kedepan. Rekomendasi visoner ini diperlukan untuk membentuk kebijakan kedepan. Anggota Mastel jangan hanya memikirkan bisnis saat ini, apalagi saling berantem soal jaringan dan BTS.

Mendengarkan Keynote dari ibu Sri Mulyani saya merasa kita sungguh beruntung mempunyai menteri yang mempunyai wawasan yang luas, sekaligus punya rasa tanggung jawab yang tinggi soal masa depan bangsa. Tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi Masyarakat Telematika untuk bisa memberikan rekomendasi visioner sesuai yang diharapkan, serta aktif mengembangkan potensi ICT sehingga diversifikasi ekonomi dapat terjadi, dan ekonomi kita dapat terus tumbuh.