Tanggal 1 Desember
2016, Mastel (Masyarakat Telematika Indonesia) merayakan ulang
tahunnya yang ke 23 dengan mengadakan Dialog Akhir Tahun dengan tema
“ Indonesian Economy and ICT Outlook 2017”.
Hadir untuk
memberikan Keynote adalah Menteri Komunikasi dan
Informatika RI, Menteri Keuangan RI dan Menteri PPN/Kepala Bappenas
RI.
Keynote Speech
yang disampaikan oleh ibu Sri Mulyani sungguh menarik dan pas sekali
bagi acara ini. Beliau mengawali dengan menyampaikan bahwa
perekonomian dunia masih tidak pasti dan cenderung lemah. Krisis
ekonomi di Eropa masih berlanjut dan akut, sampai sekarang masih
penuh ketidak pastian. Sementara itu Cina yang selama ini ekonomi nya
tumbuh dengan cepat, dengan mengimpor kapital dari luar negeri dan
produk-produknya di jual ke pasar global, sekarang melambat . Kini
Cina harus mengandalkan konsumsi domestik yang artinya upah pekerja
harus naik agar konsumsi meningkat. Cina harus meninggalkan industri
berbasis tenaga kerja murah dan akan melakukan investasi besar untuk
meningkatkan nilai tambah dan pemanfaatan teknologi.
Dampak perekonomian
dunia kepada Indonesia adalah permintaan komoditi yang melemah dan
harganya pun turun. Indonesia, karenanya harus melakukan
diversifikasi ekonomi, mengurangi ketergantungan pada komoditi. Saat
ini pertumbuhan ekspor masih negatif. Investasi pun melemah sejalan
dengan melemahnya bisnis berbasis komoditi. Inflasi, nilai tukar mata
uang terjaga dengan baik. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Negara
memasukkan tambahan modal ke BUMN. Tentunya pemerintah tidak bisa
berjuang sendirian, pihak swasta pun harus melakukan investasi.
Dari sisi suplai,
pertanian tumbuh baik meski ada tantangan cuaca. Sektor Jasa tumbuh
dua digit, termasuk perbankan dan Jasa Teknologi Informasi dan
Telekomunikasi. Potensi Indonesia dalam digital eknomi luar biasa.
Paket 10 dan paket 14 dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi
tersebut. Dengan dibukanya peluang investasi diharapkan kapital
masuk, ide-ide baru masuk yang akan menumbuhkan ekonomi. Agar digital
ekonomi bisa tumbuh dan berkembang dibutuhkan trust.
Masyarakat Telematika harus memikirkan bukan hanya hard
infrastructure tetapi juga soal trust, yang dialamnya
mencakup ketaatan pada aturan, suasana aman, penyelewengan serendah
mungkin, dll.
Dari sisi APBN
selain memikirkan sisi pendapatan, sisi belanja juga tidak kalah
pentingnya. 20 % APBN dialokasikan untuk pendidikan, nilainya 400 T,
dimana dibelanjakan ? Apakah akan menghasilkan inovator ? Kita ini
mendesain pendidikan untuk pekejaan yang mungkin sepuluh tahun
kedepan sudah tidak ada lagi. Kesehatan 100 T, bagaimana agar bisa
dibelanjakan dengan bijak. Masyarakat perlu berpartisipasi untuk
mengontrol. Masyarakat Telematika mestinya bisa membuat platform
untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat didalam mengawasi APBN.
Sehingga bila ada perbedaan antara besarnya biaya dengan proyek yang
dihasilkan, masyarakat bisa melaporkan. Jadi terjadi demokratisasi
penggunaan APBN. Potensi pemanfaatan ICT tidak ada batasnya. Ibu Sri
Mulyani mendorong Masyarakat Telematikan untuk mengeksploitasinya.
Mengenai pengenaan
pajak bagi pemain OTT (Over the Top), termasuk Google, pada
prinsipnya yang diinginkan adalah format nya sama bagi semua pemain
OTT. Apabila ada National Payment Gateway, pajaknya diharapkan
bisa adil, dengan automatic deduction. Dimana transaksi
terjadi, disitulah pajak dipotong, sehingga terjadi perlakuan yang
adil dan terjadi persaingan yang sehat.
Ibu Sri Mulyani
kemudian membahas tentang retail masa depan. Saat ini saja, kita
semua dapat membeli buku secara online dan dapat di unduh dan dibaca
melalui gadget dimana saja. Toko buku online di luar negeri itu
tidak perlu melakukan investasi toko secara fisik di Indonesia, tidak
ada buku-buku yang di-display, tidak perlu membayar penjaga toko dan
tidak membayar pajak pula di Indonesia. Mereka dapat menjalankan
bisnisnya dengan sangat efisien. Sementara itu, toko buku di
Indonesia harus investasi gedung, interior, pegawai, pajak dll. Mall
masa depan akan lebih canggih lagi, misalnya begitu konsumer masuk ke
toko, sudah muncul data-data tentang konsumer tersebut, ukuran, warna
serta merek pakaian, kosmetik, sepatu dll yang pernah dibeli,
sehingga toko itu dapat merekomendasikan produk yang cocok. Dan tidak
diperlukan penjaga toko. Hal-hal seperti ini exciting sekaligus
menakutkan.
Sebagai regulator,
Sri Mulyani harus memikirkan dampak regulasi terhadap dua ratus lima
puluh juta rakyat Indonesia. Untuk itu diperlukan
rekomendasi-rekomendasi dari Masyarakat Telematika yang visioner,
dengan mempertimbangkan tren teknologi kedepan. Rekomendasi visoner
ini diperlukan untuk membentuk kebijakan kedepan. Anggota Mastel
jangan hanya memikirkan bisnis saat ini, apalagi saling berantem soal
jaringan dan BTS.
Mendengarkan Keynote
dari ibu Sri Mulyani saya merasa kita sungguh beruntung mempunyai
menteri yang mempunyai wawasan yang luas, sekaligus punya rasa
tanggung jawab yang tinggi soal masa depan bangsa. Tentunya menjadi
pekerjaan rumah bagi Masyarakat Telematika untuk bisa memberikan
rekomendasi visioner sesuai yang diharapkan, serta aktif
mengembangkan potensi ICT sehingga diversifikasi ekonomi dapat
terjadi, dan ekonomi kita dapat terus tumbuh.