Berpegang
nasihat dari orang tua untuk menjadi manusia yang mandiri, menjaga
reputasi dan bila mendapat lebih agar berbagi, Teddy Rachmat kini
tidak hanya sukses dalam dunia bisnis, tetapi menjadi inspirasi dalam
kontribusi sosialnya. Karenanya Tahir foundation memberikan
penghargaan Lifetime Achivement Award.
Ada
beberapa pemimpin yang kiprahnya selalu saya perhatikan dan saya
jadikan panutan. Mereka adalah pemimpin yang selain hebat dalam
bidangnya, juga peduli dan membawa kebaikan bagi lingkungan
sekitarnya. Salah satu pemimpin tersebut adalah Theodore Permadi
Rachmat, dengan panggilan akrab Teddy Rachmat. Teddy lahir di
Kadipaten, Majalengka, 15 Desember 1943. Orang tuanya, Adi dan
Agustin Rachmat, menasehatkan tiga hal, yaitu agar dia bisa hidup
mandiri, selalu menjaga reputasi dan bila berpenghasilan lebih,
berbagilah. Nasihat itu rupanya dilaksanakan oleh Teddy.
Setelah
lulus dari Jurusan Mesin ITB, pada tahun 1968, Wiliam
Soeryadjaya,sang paman, mengajak Tedy bekerja di Astra. Di perusahaan
ini, Teddy diminta belajar mengenai alat berat di Caterpillar,
Belanda. Selama enam bulan, dia belajar seluk beluk alat berat
seperti traktor, forklift, dan eskavator. Setelah itu, dia diminta
mengelola United Tractor (UT), unit alat berat Grup Astra. Bersama
timnya, Teddy berhasil membangun UT sebagai perusahaan alat
berat terkemuka. Dalam bukunya, Teddy menyebutkan UT ini menjadi
kawah candradimuka kader pemimpin Grup Astra. Karir Teddy di Astra
terus meroket hingga mencapai posisi Presiden Direktur PT Astra
International Tbk pada tahun 1984-1998 dan 2000-2002. Dimasa
kepemimpinannya Astra berkembang pesat dan hingga kini menjadi salah
satu konglomerasi bisnis terbesar dan tersukses di Indonesia.
Selepas
dari Astra, Teddy membangun dan mengembangkan
Triputra Grup, berawal dari Adira Finance yang didirikan Rafael Adi
Rachmat, ayah Teddy pada 1990 dan
bergerak di sektor pembiayaan
mobil. Triputra Group kini
bergerak di karet olahan, batu
bara, perdagangan, manufakturing, agribisnis, dealership motor dan
logistik. Selain itu bersama sepupunya, Edwin
Soeryadjaya, ia membesarkan perusahaan tambang batu bara di
Kalimantan, PT Adaro
Energy.
Dalam
berusaha, kiatnya adalah
identifikasi competitive
edge dan
kelola
daya saing ini habis-habisan.
Teddy mengambil perumpamaan masyarakat China: ‘Jika Anda ingin
menjaring banyak ikan, kenalilah samudra yang tepat.’ Lebih
lanjut Teddy berkata : “Kita
tidak bisa bercocok tanam di padang pasir, tetapi harus mampu mencari
lahan subur sesuai tanaman kita.”
Daya
saing ini harus ditunjang oleh manajemen
proses
organisasi, yaitu standarisasi untuk menjamin kualitas produk,
karyawan yang berkarakter dan memiliki gairah dalam bekerja, serta
budaya perusahaan yang transparan untuk membangun trust. Pemimpin
harus membangun suasana yang menyenangkan dan membangun rasa bangga
bagi karyawannya, tegasnya.
Karirnya
tidak selalu mulus, Teddy sudah mengalami dua kali dipecat dan dua
kali hampir bangkrut. Mengatasi kegagalan bagi Teddy kuncinya adalah
boleh menangis satu weekend, untuk melampiaskan kesedihan, tetapi
sesudah itu ia bekerja keras lagi untuk bangkit. “Kalau jatuh
sepuluh kali, bangunlah sebelas kali,” katanya. Teddy percaya,
ketika poses yang dilakukannya benar, maka keberhasilan hanya soal
waktu saja. Karenanya Teddy berprinsip, poses lebih penting dari
hasil.
Kiprah
cemerlangnya
didunia bisnis sudah banyak diketahui. Sisi
lain dari Teddy yang tak kalah mengagumkan dikupas di acara Kick Andy
bertajuk “Miliader Dermawan” pada hari
Rabu 21 Januari 2015. Pada sesi
ini terungkap bahwa selama
hidupnya Teddy telah mengalami tiga
kali kerusuhan yang menurutnya adalah
akibat dari kesenjangan sosial.
Karenanya mimpinya
adalah, tidak ada lagi kemiskinan di Indonesia. Meski
dia sadar bahwa mimpi ini mungkin tidak akan pernah terealisasi,
namun demikian dia akan terus berbuat. “Saya
ingin meninggalkan dunia dengan kondisi lebih baik daripada ketika
memasukinya” demikian
salah satu motto dari Teddy
Rachmat di buku Pembelajaran
T.P Rachmat.
Untuk
melihat seberapa besar kontribusi Teddy bagi lingkungannya, dalam
penciptaan lapangan kerja, kini jumlah karyawan di Triputra group
adalah 40.000 orang dan Adaro 20.000 orang. Melalui
yayasan dan kegiatan sosialnya, Teddy telah membantu 6500 yatim
piatu dan 10.000 penerima beasiswa. Selain itu dia juga mebangun
banyak sekali klinik di daerah kumuh di seluruh Indonesia. Di klinik
ini orang cukup membayar 5000 rupiah untuk mendapatkan layanan medis
dan pengobatan. Setiap tahun sekitar 100.000 orang memanfaatkan
klinik ini.
Bagi
Teddy bahagia adalah "wanting what you have" artinya
mensyukuri apa yang dimiliki. Dan saat yang paling membahagiaan
baginya adalah ketika orang yang ditolongnya mengatakan Thank You pak
Teddy, karena ketika itu dia merasa bahwa hidupnya bermakna. Diapun
merasa semakin banyak memberi, semakin banyak pula rejeki yang
diterimanya. Semula Teddy berprinsip bila tangan kanan memberi, maka
tangan kiri tidak perlu tau. Tetapi kini, sejalan dengan keinginan
untuk mendorong semangat berbagi, dia berubah dan berpendapat bila
tangan kanan memberi, maka tangan kiri perlu tau, agar tangan kiripun
ikut memberi.
Bagi
ITB, Teddy Rachmat, anggota kehormatan Majelis Wali Amanat ITB,
adalah salah satu alumni yang sangat membanggakan, selain karena
prestasinya, juga karena kedermawanannya. Salah satu Laboratorium
Teknik ITB, yaitu Labtek IV kini dinamai T.P. Rachmat, karena
beliau adalah salah satu yang memberikan dana sebesar Rp. 25 milyar
untuk mengisi endowment fund ITB, serta setiap tahun menjadi
donatur program Beasiswa ITB untuk Semua.
Rupanya
nasihat orang tuanya untuk menjadi manusia yang mandiri, terus
menjaga reputasi dan bila mendapat lebih berbagilah, terus menjadi
pegangan Teddy dan dilaksanakannya dengan sempurna.