Rakyat Indonesia menanti dengan rasa penuh ingin tau dan harap-harap cemas, pilihan mana kiranya yang akan diambil oleh Presiden Joko Widodo, antara melantik Komjen Budi Gunawan, atau mengajukan Calon Kapolri Baru. Demikian pula apa yang akan dilakukannya didalam mengatasi kisruh antara KPK dan Mabes Polri.
Saya
menanti keputusan Presiden Joko Widodo dengan berdebar-debar. Saya
sungguh berharap, Presiden Joko Widodo tidak melantik Komjen Budi Gunawan,
melainkan memilih dan mengusulkan kepada DPR calon Kapolri Baru yang
tidak punya catatan di KPK/PPATK. Calon Kapolri yang Kompeten dan
berintegritas tinggi, sehingga kita bisa berharap bahwa penegakan
hukum dan pemberantasan korupsi bisa berjalan dengan baik dimasa
kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Saya
sungguh menanti dengan berdebar-debar, karena Joko Widodo adalah
penerima Anugrah BHACA (Bung Hatta Anti Corruption Award) tahun 2010,
dan saya pada saat itu adalah Ketua Dewan Juri nya, dengan anggota
dewan juri Eko Prasodjo, Rikard Bagun, dan Zoemrotin K. Susilo.
Anugrah BHACA diberikan kepada mereka yang bersih dari praktek
korupsi, tidak menyalahgunakan kekuasaan atau jabatannya, tidak
menyuap atau menerima suap, dan berperan aktif, memberikan inspirasi
atau mempengaruhi masyarakat atau lingkungannya dalam pemberantasan
korupsi. Jokowi menerima Anugrah BHACA ketika beliau masih menjabat
sebagai Walikota Solo.
Saya
sepenuhnya menyadari bahwa semakin tinggi posisi seseorang, semakin
kompleks situasi yang dihadapinya, yang artinya setiap keputusan yang
diambilnya, apapun itu, selalu mengandung konsekuensi. Layaknya pohon
cemara, ketika ada angin besar, semakin keatas goyangannya semakin
kuat, apalagi di ujung yang paling atas, dimana Presiden Joko Widodo
kini berada.
Beberapa
waktu terakhir ini kita melihat Presiden Joko Widodo berusaha
mendengar masukan dari berbagai pihak. Di awal-awal kisruh ini,
Presiden Joko Widodo mengadakan beberapa pertemuan dengan para
petinggi partai politik pendukungnya, dan hasil dari pertemuan
tersebut intinya adalah desakan agar Presiden Jokowi segera melantik
Komjen Budi Gunawan sebagai kapolri. Setelah itu selain mendengarkan
masukan dari Dewan Pertimbangan Presiden yang baru dilantik, Presiden
Joko Widodo juga mendapat masukan dari Tim Independen (Tim 9) yang
dipilihnya sendiri yang terdiri dari pakar hukum tata negara
Hikmahanto Juwana, sosiolog Imam Prasodjo, mantan Wakapolri Komjen
(Purn) Oegroseno, pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar, mantan
Wakil Ketua KPK Tumpak Hatorangan Panggabean, mantan Wakil Ketua KPK
Erry Riyana Hardjapamekas, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, dan
mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif. Presiden. Joko Widodo
juga mendengar pendapat Prabowo Subianto dan Presiden ke-3 RI BJ
Habibie. Sebelumnya, para relawan pendukung Presiden Joko Widodo,
seperti Relawan Konser Dua Jari, menyampaikan masukan melalui surat
terbukanya.
Menarik
untuk dicatat, betapa hubungan Prabowo Subianto dan Presiden Joko
Widodo tampak begitu baik. Saat keduanya keluar dari pintu utama
istana Bogor, tawa lepas tampak di wajah mereka, nyaris tidak tampak
bahwa keduanya pernah menjadi rival sengit saat Pemilu Presiden 2014.
Sungguh melegakan hati mendengar Prabowo menegaskan dukungannya
terhadap sikap Presiden untuk memperkuat dan menjaga semua institusi
negara, termasuk Polri dan KPK. Ia juga menghormati apa pun keputusan
yang diambil Presiden sebagai pemegang mandat rakyat terkait
pengangkatan Kepala Polri.
Kini
keputusan ada di tangan Presiden, yang memang mempunyai hak
prerogatif untuk memilih Kapolri. Masyarakat sepertinya terbelah
menjadi dua kubu. Kelompok pertama adalah mereka yang sejalan dengan
suara dari partai politik di DPR yang menginginkan Presiden Jokowi
segera melantik Komjen Budi Gunawan sebagai kapolri. Di kubu yang
berseberangan adalah para penggiat anti korupsi dan barisan relawan
Jokowi. Kubu kedua ini menginginkan agar Presiden Joko Widodo
membatalkan penetapan Komjen Budi Gunawan sebagai kapolri karena
sudah menjadi tersangka korupsi. Apapun keputusan yang diambil pasti
memunculkan risiko politik yang tidak ringan.
Melihat
situasi ini saya jadi teringat nasihat bijak dari Eleanor Roosevet :
"Do what you feel in your heart to be right, for you'll be
critized anyway." Saya pikir nasihat iini sangat tepat untuk
kondisi yang sedang dihadapi oleh Presiden Joko Widodo.
“Lakukan
apa yang menurut kata hatimu benar Pak Presiden, karena apapun yang
Bapak putuskan, akan ada yang mengritik dan tidak puas. Dan saya
percaya, sebagai penerima Bung Hatta Anti Corruption Award, Bapak
akan mengambil keputusan yang terbaik bagi Bangsa dan Negara
Indonesia, yaitu keputusan yang mencerminkan semangat anti korupsi”
Jakarta,
1 Februari 2015
Betti
Alisjahbana.
Apakah Betti telah memiliki data-data tertulis mengenai Pak KomJen BG sebagai KORUPTOR??
ReplyDeleteBila YA, ajukan ke KPK agar bertambah kuat.
Bila TIDAK punya, maka serahkan saja pada proses peradilan yang telah Betti sepakati sebagai anak bangsa.
Doa saya:
Ya ROBB,....
Ampuni dosa-dosa saya, agar aku bisa masuk surga MU. Alhamdu lilLaah, aamiin.
Itu saja permintaan saya ke TUHAN ku, salaam SINERGI PENUH SEMANGAT
Terima kasih atas komentarnya.
ReplyDelete