Jumat, 4 Februari 2011, saya diminta memberikan Graduation Speech dalam
acara Syukuran dan Pelepasan Wisudawan program Sarjana dan Paska
Sarjana Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Tema sambutan
saya adalah “Tiga Tantangan Profesi Teknologi Informasi”. Berikut
adalah transkrip sambutan saya:
Selanjutnya Apa?
Besok Anda akan memasuki bab baru dalam hidup Anda. Dan kesempatannya
sangat luas. Sebagian dari Anda ada yang akan bekerja pada suatu
organisasi, sebagian lagi mungkin akan memulai bisnis sendiri. Satu hal
yang pasti, Anda telah memilih bidang yang sangat menarik dan
strategis. Begitu strategisnya bidang ini, sehingga saya yang dulu
kuliah di bidang Arsitektur pun berpindah rel untuk berkarir di bidang
Teknologi Informasi.
Saya baru saja membaca prediksi dari IDC, sebuah lembaga riset yang
fokus pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). IDC menyatakan
bahwa negara-negara di Asia akan menikmati pertumbuhan TIK yang luar
biasa, yang dimotori oleh China, India, Indonesia, Vietnam, dan
Filipina. Kesempatan kerja dan berkarir terbuka lebar bagi Anda semua.
Bahkan perebutan dan saling bajak tenaga kerja dibidang TIK sangat
terasa.
Tanpa terasa, saya sudah berkecimpung di dunia TIK selama lebih dari 25
tahun. Beberapa pelajaran telah saya petik dan ingin saya bagikan
kepada Anda semua. Namun demikian, sebelumnya saya ingin menyampaikan
beberapa hal di dunia TIK, dan tantangan saya bagi Anda.
TIK dan Karya Anak Bangsa
TIK berkembang sangat pesat dan sudah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari hidup kita. Pengguna Internet di Indonesia telah
mencapai 45 juta tahun lalu, berdasarkan data dari Kementrian Kominfo,
sementara telepon selular pun tumbuh sangat pesat dan saat ini mencapai
180 juta pelanggan atau 80% penduduk Indonesia.
Di bidang social media, pengguna Facebook di Indonesia mencapai 33
juta, dan menempati peringkat nomor 2 di dunia setelah Amerika.
Sementara itu, pengguna Twitter di Indonesia sebanyak 6,24 juta,
berdasarkan data pada September 2010.
Pertanyaan yang harus kita jawab adalah, apakah kita telah memanfaatkan
teknologi tersebut untuk hal-hal yang produktif, yang memajukan dan
mensejahterakan bangsa kita? Ataukah teknologi itu hanya menjadi sarana
hiburan dan menjalin silaturahmi online saja? Lalu, apakah kita hanya
bertindak sebagai pengguna saja, atau ikut memproduksi—baik itu
perangkat keras, perangkat lunak, serta kontennya?
Kita sering dibuat sedih karena sementara pertumbuhan makro ekonomi di
Indonesia baik, tetapi pertumbuhan tersebut lebih didorong oleh
konsumsi saja. Hal ini membuat kita lebih menjadi penikmat keringat
orang luar negeri. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja di Indonesia
masih terbatas dan angka kemiskinan pun masih tinggi. Di bidang TIK
pun, hal ini terjadi—produk yang kita nikmati kebanyakan adalah produk
impor.
Kabar baiknya, kini lebih banyak kesempatan bagi kita untuk tidak
sekadar menjadi pengguna tetapi juga menjadi pencipta. Di bidang konten
misalnya, Fahma Waluya Rosmansyah adalah pembuat aplikasi Nokia Ovi
Store yang termuda. Berusia 12 tahun, Fahma berhasil menjuarai APICTA
(Asia Pacific ICT Award) untuk kategori Secondary Student Project.
Karyanya yang berupa game edukasi kini dipasarkan di seluruh dunia
melalui Nokia Ovi Store. Kalau anak berumur 12 tahun saja bisa, masa
Anda tidak?
Jadi, tantangan pertama yang saya berikan kepada Anda para wisudawan
adalah untuk bersama-sama membangun kemampuan menjadi produsen TIK.
Anda bisa berperan sebagai produsen itu sendiri, maupun sebagai
fasilitator bagi tumbuh dan berkembangnya karya-karya anak bangsa.
Bagaimana cara menjadi fasilitator? Caranya adalah dengan menggunakan
produk karya Indonesia bila ada. Jadi, setiap kali akan membeli produk
TIK, kita perlu bertanya, apakah sudah ada produk serupa yang merupakan
karya anak bangsa? Jika ada, coba kita pertimbangkan untuk
menggunakannya. Dan bila tidak ada, itu adalah peluang bagi kita untuk
membuatnya.
Saya yakin kesempatannya banyak. Pada jaman di mana perubahan terjadi
dengan sangat cepat seperti sekarang ini, yang dibutuhkan adalah
keinginan untuk mencari peluang untuk melakukan inovasi. Selagi Anda
masih muda, cobalah hal-hal baru yang berbeda, yang inovatif.
Itu tadi tantangan pertama. Gunakan produk Indonesia kalau sudah ada. Kalau belum ada, Anda bisa membuatnya.
TIK sebagai Katalisator Kemajuan Bangsa
TIK telah dan akan memberikan kontribusi yang signifikan untuk
meningkatkan produktivitas, kreativitas, serta daya saing individu,
organisasi, dan bangsa. Penelitian Bank Dunia atas 120 negaradengan
basis data tahun 1980-2006, yang disajikan dalam laporan InfoDev 2009,
menunjukkan bahwa penetrasi broadband sebesar 10% di negara sedang
berkembang akan meningkatkan GDP sebesar 1,38%.
Sebagai praktisi TIK, kita wajib mendorong pemanfaatan TIK untuk
memecahkan berbagai masalah bangsa. Salah satu masalah terbesar yang
dihadapi bangsa kita adalah maraknya korupsi. Dibutuhkan peran serta
berbagai pihak untuk memecahkannya.
Sistem informasi yang baik dapat mendukung transparansi dan tata kelola
yang baik (good governance). Ketika e-government diterapkan dengan
baik, bagi masyarakat ini berarti layanan yang lebih mudah diakses.
Bagi komunitas bisnis, hal itu akan mengurangi beban pengurusan
administrasi dengan memanfaatkan internet. Sementara bagi kantor-kantor
pemerintah, itu berarti efisiensi dan efektivitas kerja yang
menurunkan biaya, pelaporan yang lebih mudah, dan pengukuran kinerja
yang lebih jelas.
Misalnya saja, 77% kasus korupsi yang ditangani KPK adalah menyangkut
pengadaan. Daerah-daerah yang telah berhasil menerapkan e-procurement
dapat mencegah korupsi karena adanya peluang kontak langsung antara
penyedia jasa dengan petugas pengadaan menjadi lebih kecil. Proses pun
menjadi lebih transparan dan lebih mudah diaudit.
Studi yang dilakukan oleh KPK menunjukan penerapan e-procurement telah
menghasilkan penghematan anggaran sebesar 23.5% dan penghematan HPS
(Harga Penetapan Sendiri) sebesar 20%. Penghematan waktu pelaksanaan
pun terjadi, dari rata-rata 36 hari menjadi 20 hari.
Jadi tantangan kedua adalah, sebagai praktisi dan calon praktisi TIK,
kita semua harus mendorong penerapan TIK untuk meningkatkan
transparansi dan tata kelola yang baik. Dengan demikian kita berharap
korupsi dapat ditekan. Jadi kita tidak lagi disuguhi tontonan Gayus di
televisi setiap hari, tetapi melihat tokoh-tokoh TIK menjadi pejuang
antikorupsi melalui penerapan TIK yang baik.
Kuasai Softskills
Sepanjang lebih dari 25 tahun berkecimpung di bidang TIK, saya telah
merekrut ratusan praktisi TIK. Dari situ saya menemukan pola bahwa
mereka yang sukses adalah mereka yang tidak saja mahir berbicara dengan
komputer, tetapi juga mahir berkomunikasi dan berkolaborasi dengan
bahasa manusia. Implementasi TIK hanya bisa berhasil bila kita bisa
membuatnya dimengerti oleh orang awam.
Jadi, jangan berusaha untuk terlihat pandai dengan menggunakan
bahasa-bahasa yang memusingkan, tetapi kuasailah seni berkomunikasi
yang mampu membuat orang tertarik untuk memanfaatkan TIK secara
maksimal. Demikian pula perkembangan TIK yang demikian cepat telah
membuat kolaborasi antarnegara dan antarorganisasi yang difasilitasi
oleh internet dan TIK menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari.
Perusahaan kini bisa menjalankan operasinya secara terintegrasi di
berbagai negara. Misalnya tim TIK ada di India dan Indonesia, pengadaan
dilakukan China, call center di Filipina, sementara pusat administrasi
pelanggan dilakukan di Malaysia. Tenaga kerja masa kini harus mampu
bekerja dalam TEAM dan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan kolaborasi
antarorganisasi dan antarnegara. Syaratnya, selain hard skills, kita
pun perlu menguasai softskills.
Apa saja yang termasuk softskills? Di antaranya kemampuan untuk
berkomunikasi, beradaptasi pada situasi yang berbeda-beda,
bernegosiasi, mengatur waktu, memecahkan masalah, bekerja dalam tim dan
memimpin suatu tim. Gaya kepemimpinan masa kini adalah gaya
kepemimpinan yang memberdayakan, membangun kolaborasi, dan memupuk
segenap potensi yang ada.
Lalu, bagaimana mengasah softskills? Pelajari teorinya lalu praktekan. Niscaya, semakin lama kita akan semakin mahir.
Itu tadi tiga tantangan saya untuk para wisudawan, yakni:
- Bersama-sama membangun kemampuan menjadi produsen TIK,
- Menjadikan TIK sebagai katalisator kemajuan bangsa,
- Menguasai softskills.
Lima Ide untuk Mencapai Lebih dalam Hidup
Saya akan menutup sambutan saya dengan menyampaikan lima kiat untuk
membuat Anda lebih sukses dalam hidup. Jadi bagi Anda yang tadi belum
menyimak, sekarang waktunya untuk menyimak.
#1 Ciptakan Mimpi Besarmu
Cita-cita memberikan arah dan momentum dalam hidup. Sukses dalam
kehidupan dibangun dari capaian demi capaian menuju suatu cita-cita.
Ketika kita dihadapkan pada situasi sulit, cita-cita kitalah yang
membuat kita terus bersemangat.
#2 5..4..3..2..1 ACTION!
“Banyak orang punya ide yang hebat, tetapi ide itu tidak kunjung
dilaksanakan. Padahal ide saja tidak akan membawa kita kemana-mana.”
Katanya, kata Motivation berasal dari kata motive dan action. Dengan
kata lain motivation hanya ada bila kita punya tujuan (motive) dan ada
tindakan. Jadi, bila kita merasa kehilangan motivasi dalam hidup ini,
kemungkinan besar kita tidak punya motive dan kurang action.
Banyak orang memiliki ide, tetapi tidak dilaksanakan hanya karena takut
membuat kesalahan. Hal ini sebenarnya bisa diatasi jika kita dapat
melihat kesalahan sebagai hal yang positif. Kita belajar ketika kita
membuat kesalahan.
Bukankah kita belajar paling banyak ketika kita membuat kesalahan?
Berapa banyak kesalahan dibuat oleh seorang anak ketika mereka pertama
belajar merangkak, lalu berjalan, hingga akhirnya berlari? Mereka
belajar sambil berbuat dan memperbaiki apa yang salah. Mereka belajar
secara alamiah. Tetapi, ketika menjadi dewasa, kita seringkali lupa
bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Kesalahan hanya
terjadi ketika kita mengambil tindakan.
Tindakan adalah dasar dari keberhasilan dalam hidup. Jadi sederhananya,
pertama kita punya tujuan, lalu ambil tindakan, barulah keberhasilan
akan datang. Ingatlah, “a journey of a thousand miles begin with a
simple step”. What will your first step be?
#3 Semuanya Tergantung Saya, Bukan Orang Lain: If it is to be, it’s up to me
Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi dalam hidup adalah
berani menerima kenyataan bahwa kita bertanggung jawab atas apa yang
kita alami dalam hidup kita.
Kita punya kecenderungan untuk menyalahkan semua orang kecuali diri
kita sendiri dari waktu ke waktu. Kenyataannya, dengan menyalahkan
orang lain, kita sebetulnya telah menyerahkan kontrol terhadap hidup
kita dan menghilangkan kesempatan untuk belajar dari kesalahan yang
kita buat. Saat di mana kita berhenti mencari-cari kesalahan orang lain
atas kesalahan yang kita buat, adalah saat di mana kita mulai
menemukan kekuatan untuk berprestasi.
#4 Ciptakan Peluang Kita
Peluang tidak datang begitu saja, peluang kita ciptakan. Kita tidak
begitu saja bertemu dengan peluang, melainkan kita mempersiapkan diri
kita dengan pertama-tama membuka wawasan bagi munculnya ide baru dan
masukan-masukan. Semuanya berawal dari keputusan untuk ingin membawa hal
baru dalam hidup kita.
Belajarlah untuk bertanya. Apa yang saya ingin lakukan dalam hidup
saya? Apa yang saya bisa lakukan untuk mengubah hidup saya? Atau, di
mana saya bisa mendapat informasi yang akan membantu saya untuk
mencapai tujuan saya dengan lebih cepat? Belajarlah untuk menentukan
tujuan dan mengambil tindakan. Karena tindakanlah yang akan
mempersiapkan diri kita untuk bisa mengenali dan memanfaatkan
peluang-peluang dalam hidup kita.
Ada banyak peluang di sekitar kita. Bila kita mencarinya, kita akan
menemukannya. Ingatlah bahwa peluang jarang mengetuk pintu. Kitalah
yang harus mengetuk pintu peluang, bila kita ingin masuk ke dalamnya.
#5 Investasi Pada Diri Sendiri
Kita tidak perlu kaya dulu untuk menjadi seorang investor. Tetapi
sebaliknya, kita harus menjadi investor bila kita ingin kaya. Dan
ingatlah bahwa dari semua investasi yang bisa kita buat, investasi pada
diri sendiri adalah investasi yang akan memberikan hasil yang terbesar
dan paling penting yang bisa kita harapkan.
Inti dari berinvestasi pada diri sendiri adalah secara sadar mengontrol
hidup kita dan memutuskan untuk mengalokasikan sebagian dari sumber
daya yang terbatas yang kita miliki untuk pengembangan diri. Suatu
pengembangan keterampilan dari dalam keluar. Keterampilan hidup yang
akan mempengaruhi semangat, sikap, kebiasaan, dan tingkah laku—yang
pada akhirnya akan membuat membentuk nasib kita.
Berinvestasi pada diri sendiri berarti bukan hanya belajar ,tetapi juga
melatih ketrampilan-keterampilan baru. Itu berarti mengalokasikan
sebagian waktu kita, uang kita, dan energi kita. Itu berarti berkorban
sekarang untuk sesuatu yang penting di masa depan.
Kesimpulan
Itu tadi adalah lima kiat agar kita bisa mencapai lebih banyak dan lebih baik dalam hidup kita:
- Ciptakan mimpimu
- 5..4..3..2..1 ACTION
- Semuanya terserah kita
- Ciptakan kesempatan
- Investasi pada diri sendiri
Sekali lagi, selamat atas wisuda ini dan selamat atas semua yang
telah Anda capai. Saya berdoa agar Anda mencapai yang terbaik di
tahun-tahun mendatang. Anda telah dibekali pendidikan terbaik dari salah
satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Dan saya berharap, Anda
akan membawa nama harum UI dan Indonesia di kancah dunia.
Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana