Friday, December 2, 2016

Sri Mulyani Mengharapkan Mastel Memberikan Rekomendasi Visioner



Tanggal 1 Desember 2016, Mastel (Masyarakat Telematika Indonesia) merayakan ulang tahunnya yang ke 23 dengan mengadakan Dialog Akhir Tahun dengan tema “ Indonesian Economy and ICT Outlook 2017”.

Hadir untuk memberikan Keynote adalah Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Menteri Keuangan RI dan Menteri PPN/Kepala Bappenas RI.

Keynote Speech yang disampaikan oleh ibu Sri Mulyani sungguh menarik dan pas sekali bagi acara ini. Beliau mengawali dengan menyampaikan bahwa perekonomian dunia masih tidak pasti dan cenderung lemah. Krisis ekonomi di Eropa masih berlanjut dan akut, sampai sekarang masih penuh ketidak pastian. Sementara itu Cina yang selama ini ekonomi nya tumbuh dengan cepat, dengan mengimpor kapital dari luar negeri dan produk-produknya di jual ke pasar global, sekarang melambat . Kini Cina harus mengandalkan konsumsi domestik yang artinya upah pekerja harus naik agar konsumsi meningkat. Cina harus meninggalkan industri berbasis tenaga kerja murah dan akan melakukan investasi besar untuk meningkatkan nilai tambah dan pemanfaatan teknologi.

Dampak perekonomian dunia kepada Indonesia adalah permintaan komoditi yang melemah dan harganya pun turun. Indonesia, karenanya harus melakukan diversifikasi ekonomi, mengurangi ketergantungan pada komoditi. Saat ini pertumbuhan ekspor masih negatif. Investasi pun melemah sejalan dengan melemahnya bisnis berbasis komoditi. Inflasi, nilai tukar mata uang terjaga dengan baik. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Negara memasukkan tambahan modal ke BUMN. Tentunya pemerintah tidak bisa berjuang sendirian, pihak swasta pun harus melakukan investasi.

Dari sisi suplai, pertanian tumbuh baik meski ada tantangan cuaca. Sektor Jasa tumbuh dua digit, termasuk perbankan dan Jasa Teknologi Informasi dan Telekomunikasi. Potensi Indonesia dalam digital eknomi luar biasa. Paket 10 dan paket 14 dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi tersebut. Dengan dibukanya peluang investasi diharapkan kapital masuk, ide-ide baru masuk yang akan menumbuhkan ekonomi. Agar digital ekonomi bisa tumbuh dan berkembang dibutuhkan trust. Masyarakat Telematika harus memikirkan bukan hanya hard infrastructure tetapi juga soal trust, yang dialamnya mencakup ketaatan pada aturan, suasana aman, penyelewengan serendah mungkin, dll.

Dari sisi APBN selain memikirkan sisi pendapatan, sisi belanja juga tidak kalah pentingnya. 20 % APBN dialokasikan untuk pendidikan, nilainya 400 T, dimana dibelanjakan ? Apakah akan menghasilkan inovator ? Kita ini mendesain pendidikan untuk pekejaan yang mungkin sepuluh tahun kedepan sudah tidak ada lagi. Kesehatan 100 T, bagaimana agar bisa dibelanjakan dengan bijak. Masyarakat perlu berpartisipasi untuk mengontrol. Masyarakat Telematika mestinya bisa membuat platform untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat didalam mengawasi APBN. Sehingga bila ada perbedaan antara besarnya biaya dengan proyek yang dihasilkan, masyarakat bisa melaporkan. Jadi terjadi demokratisasi penggunaan APBN. Potensi pemanfaatan ICT tidak ada batasnya. Ibu Sri Mulyani mendorong Masyarakat Telematikan untuk mengeksploitasinya.

Mengenai pengenaan pajak bagi pemain OTT (Over the Top), termasuk Google, pada prinsipnya yang diinginkan adalah format nya sama bagi semua pemain OTT. Apabila ada National Payment Gateway, pajaknya diharapkan bisa adil, dengan automatic deduction. Dimana transaksi terjadi, disitulah pajak dipotong, sehingga terjadi perlakuan yang adil dan terjadi persaingan yang sehat.

Ibu Sri Mulyani kemudian membahas tentang retail masa depan. Saat ini saja, kita semua dapat membeli buku secara online dan dapat di unduh dan dibaca melalui gadget dimana saja. Toko buku online di luar negeri itu tidak perlu melakukan investasi toko secara fisik di Indonesia, tidak ada buku-buku yang di-display, tidak perlu membayar penjaga toko dan tidak membayar pajak pula di Indonesia. Mereka dapat menjalankan bisnisnya dengan sangat efisien. Sementara itu, toko buku di Indonesia harus investasi gedung, interior, pegawai, pajak dll. Mall masa depan akan lebih canggih lagi, misalnya begitu konsumer masuk ke toko, sudah muncul data-data tentang konsumer tersebut, ukuran, warna serta merek pakaian, kosmetik, sepatu dll yang pernah dibeli, sehingga toko itu dapat merekomendasikan produk yang cocok. Dan tidak diperlukan penjaga toko. Hal-hal seperti ini exciting sekaligus menakutkan.

Sebagai regulator, Sri Mulyani harus memikirkan dampak regulasi terhadap dua ratus lima puluh juta rakyat Indonesia. Untuk itu diperlukan rekomendasi-rekomendasi dari Masyarakat Telematika yang visioner, dengan mempertimbangkan tren teknologi kedepan. Rekomendasi visoner ini diperlukan untuk membentuk kebijakan kedepan. Anggota Mastel jangan hanya memikirkan bisnis saat ini, apalagi saling berantem soal jaringan dan BTS.

Mendengarkan Keynote dari ibu Sri Mulyani saya merasa kita sungguh beruntung mempunyai menteri yang mempunyai wawasan yang luas, sekaligus punya rasa tanggung jawab yang tinggi soal masa depan bangsa. Tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi Masyarakat Telematika untuk bisa memberikan rekomendasi visioner sesuai yang diharapkan, serta aktif mengembangkan potensi ICT sehingga diversifikasi ekonomi dapat terjadi, dan ekonomi kita dapat terus tumbuh.

Sunday, July 31, 2016

Intentional Living, Oleh-oleh dari Seminar John C Maxwell


Jumat 22 Juli 2016 saya berkesempatan untuk berguru tentang Leadership dari pakar dunia John C Maxwell. Seminar sehari berjudul The Grand Leadership Seminar ini bertempat di The Kasablanka Ballroom. Sebagai oleh-oleh seminar, Minggu lalu saya telah menulis artikel “ 5 Levels of leadership ”. Kali ini saya menulis satu lagi, yaitu tentang “Intentional Living”.

Mengawali pembahasan topik ini, John membuat pernyataan bahwa segala sesuatu yang berharga selalu membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Dan tidak ada perjuangan yang dilakukan sambil lalu. Pasti harus direncanakan. Satu-satunya cara Anda naik keatas adalah dengan merencanakannya (intentional).

Ada tiga kata yang menggambarkan intensional, yaitu :
- Dipikirkan dengan matang (deliberate)
- Konsisten
- Merupakan Pilihan (Choice)

Kebanyakan orang memiliki mimpi atau cita-cita yang tinggi tetapi mempunyai kebiasaan untuk melakukan yang mudah saja. (Uphill dream with downhill habits). Banyak orang yang tidak memimpin hidupnya, mereka pasrah mengikuti arus saja.

Untuk mencapai prestasi puncak, Anda harus mengembangkan diri secara intensional. Setiap hari mengembangkan diri. Hari esok harus lebih baik dari hari ini, dan lusa harus lebih baik dari hari esok. Pengembangan diri ini harus secara sengaja dilakukan terus menerus karena pertumbuhan tidak terjadi secara otomatis.

John bercerita, ketika kecil ayahnya mengharuskan dia untuk membaca 30 menit setiap hari tentang sukses, prestasi, dan nilai-nilai. Ayahnya menyiapkan buku yang perlu dibaca dan memberinya tunjangan untuk membaca buku. Tidak mengherankan bahwa John bersaudara semuanya sukses.

Agar dapat berkembang dan sukses, kitapun harus intensional dalam mengembangkan diri. Ketika kita lebih tertarik melihat pengembangan kemampuan kedepan ketimbang membahas capaian hari kemarin, maka itu adalah salah satu petanda bahwa Anda tumbuh.

Selain mengembangkan kemampuan, mengembangkan attitude adalah hal lain yang diperlukan, karena attitude sangat menentukan kapasitas seseorang. Attitude membuat prestasi Anda bisa melesat jauh. Bukan apa yang terjadi pada Anda yang menentukan sukses Anda, melainkan apa yang terjadi didalam diri Anda. Atitude menentukan respon seseorang terhadap hal-hal yang terjadi pada dirinya.

Discovering your purpose in life
Untuk mencapai sesuatu yang signifikan, Anda perlu menentukan tujuan hidup. Ibarat bangunan yang kokoh, tujuan hidup adalah pondasinya. Pertanyaan yang sering muncul kemudian adalah Bagaimana menentukan tujuan hidup ?

Menurut John, pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat membantu kita didalam menentukan tujuan hidup :
  • Apa Passion Anda ? 80% kemungkinan passion Anda akan mengarahkan Anda kepada tujuan hidup. Passion membangkitkan energi, dan energi ini membuat Anda bisa berdisplin. Lalu bagaimana kita tau apa passion kita ? Tiga pertanyaan kata John :
    1. What do you sing about (apa yang membuat Anda bahagia) ?,
    2. Apa yang membuat Anda menangis ?
    3. Apa mimpi Anda ?
  • Passion harus dikombinasikan dengan kekuatann Anda. Bila passion Anda bertemu dengan kekuatan Anda, maka Anda berpotensi menjadi hebat. Bila passion Anda adalah kelemahan Anda, maka cukup dijadikan hobby saja. Karena, bila fokus Anda adalah pada kelemahan Anda, maka dengan kerja keras sekalipun, mungkin Anda hanya akan mencapai rata-rata. Padahal biasanya orang mencari dan mau membayar yang hebat, bukan sekedar rata-rata.
    Apa kekuatan Anda ? Kembangkan kekuatan Anda itu. Jangan fokus pada kelemahan. John bercerita bahwa kekuatannya adalah : “I lead, I communicate, I create/write”. Karena tiga hal tersebut adalah kekuatannya, maka hanya pada tiga hal itulah fokus dia.
    Kekuatan adalah hal yang Anda lakukan dengan sangat baik. Bila Anda mempunyai banyak kekuatan, pilih tidak lebih dari 4 saja. Bandingkan kekuatan Anda dengan tuntutan pekerjaan Anda. Apabila ada hal-hal yang dituntut dalam pekerjaan Anda yang bukan merupakan kekuatan Anda, cobalah untuk mendelegasikannya kepada orang lain yang kuat disana. Sweet spot adalah ketika kekuatan Anda memberikan penghasilan yang terbesar.


The rule of five
Untuk mengembangkan kekuatan, John punya kiat “The rule of five”. Penerapan the rule of five di
contohkan oleh John ketika dia punya kapak dan ingin menebang pohon. Maka setiap hari diayunkan kapak ke pohon lima kali, lalu istirahat. Besoknya, ayunkan kapak lagi ditempat yang sama, lima kali. Besoknya lagi ayunkan kapak lagi lima kali ditempat yang sama. Demikian seterusnya. Bila kegiatan ini terus dilakukan, maka pada akhirnya pohon akan roboh. Hanya soal waktu saja.

Berangkat dari prinsip ini, bila Anda melakukan hanya 5 hal setiap hari, maka Anda akan mencapai hal yang hebat. Kuncinya adalah lima hal tersebut adalah hal yang tepat dan menggunakan alat yang tepat. The rule of five akan membawa Anda kepada keberhasilan bila Anda fokus pada kekuatan Anda.

John bercerita bahwa 5 hal yang ia lakukan setiap hari adalah : “I read, I think, I file, I ask question, I write”. Setiap hari hal ini dilakukannya. Termasuk ketika dia sedang cuti, dihari libur, pada hari natal, pada hari ulang tahunnya. Pendeknya setiap hari, tanpa kecuali. Inilah yang disebut nya konsistensi.

Jadi kunci sukses menurut John adalah : passion + kekuatan untuk menentukan tujuan hidup, lalu melakukan lima hal setiap hari, untuk mencapai tujuan hidup tersebut. John telah membuktikannya sehingga dia menjadi tokoh dunia seperti saat ini. Jadi temukan passion, kekuatan dan lima hal yang akan Anda lakukan setiap hari untuk meraih prestasi puncak Anda.

Intentional untuk menjadi orang yang berarti
Selain perlu intentional dalam meraih sukses, John pun memberikan kiat untuk menjadi orang yang berarti. Kita punya pilihan untuk menjadi nilai tambah bagi hidup orang lain, atau menjadi nilai kurang bagi hidup orang lain. Menjadi nilai tambah bagi orang lain adalah tabungan dalam hubungan baik. Ketika Anda adalah pemberi nilai tambah bagi hidup orang lain, maka orang ingin ada didekat Anda. Sementara menjadi nilai negatif bagi kehidupan orang lain adalah pengurang hubungan baik.

Hubungan baik dengan berbagai pihak adalah kunci untuk membangun suatu kerjasama tim. Kini hampir tidak ada pekerjaan yang tidak memerlukan kerjasama tim. Semakin besar tantangan yang Anda hadapi, maka semakin besar pula kebutuhan untuk kerjasama tim. Ada pepatah : Teamwork make a dream work. Untuk bisa merealisasikan mimpi/cita-cita kita memang harus bekerjasama dengan berbagai pihak. Karenanya Anda perlu intensional dalam hal membangun hubungan baik, yaitu dengan senantiasa berupaya untuk memberikan nilai tambah bagi hidup orang lain.

John menganjurkan agar kita intensional untuk menjadi orang yang berarti. Setiap hari lakukan sesuatu yang berarti bagi orang lain, maka Anda akan merasa hidup Anda bermakna. Untuk membangun kehidupan yang berarti, ada 3 hal yang diperlukan dari Anda :
- Anda percaya akan potensi orang lain
- Anda memberikan nilai tambah
- Anda mempunyai rasa kasih yang tidak bersyarat

John bercerita, dia pernah diberi hadiah sebuah buku berjudul “ The Greatest Story that Ever been Told”. Dia begitu penasaran dan bersemangat untuk membacanya. Tetapi rupanya buku itu ternyata adalah buku yang berisi lembaran-lembaran kosong saja. Hanya ada sebuah catatan agar mengisi lembar-lembar kosong itu dengan cerita langkah-langkah yang telah dilakukan untuk menjadi berarti dengan memberi nilai tambah bagi orang lain.

Hadiah buku itu membuat John sadar untuk berbuat sesuatu yang berarti bagi orang lain. John lalu melakukan 5 langkah untuk menjadi orang yang berarti setiap hari. Ini yang disampaikan oleh John :
  1. Setiap hari saya menghargai orang lain.
  2. Setiap hari saya memikirkan cara untuk memberikan nilai tambah.
  3. Setiap hari saya mencari cara untuk memberikan nilai tambah. Untuk itu saya harus melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
  4. Setiap hari saya fokus pada menanam, bukan memanen.
  5. Setiap hari saya mendorong orang lain untuk memberikan nilai tambah pada orang lain.

The Law of Growth
Salah satu buku yang ditulis John adalah “15 Laws of Growth”. Karena waktu yang terbatas, John hanya membahas salah satu law of growth yang terpenting, yaitu The Law of Consistency. John berargumen disiplin dan konsistensi membuat Anda tumbuh. Konsistensi tidak segera memberikan hasil, melainkan baru akan tampak setelah beberapa tahun. Layaknya berinvestasi, konsistensi akan melipatgandakan apa yang kita tanamkan dikemudian hari.

Hal lain yang perlu disadari adalah, kita biasanya belum bisa berhasil ketika pertama mencoba. Karenanya harus terus melakukan yang kedua, ketiga dan seterusnya. Anda akan menjadi baik dengan cara mencoba dan belajar. Pengalaman yang di evaluasi membuat kita menjadi lebih baik. Jadi kuncinya konsistensi + belajar dari pengalaman. Pertumbuhan tidak terjadi dengan otomatis, melainkan harus dikembangkan secara konsisten. Pengalaman datang dari kegagalan. Jadikan kegagalan sebagai teman. Kegagalan membuat Anda bisa memberikan dampak. Sementara kesuksesan membuat orang lain kagum.

Artikel singkat ini semoga mendorong Anda untuk Intensional didalam mencapai prestasi puncak dan menjadi orang yang berarti, serta konsisten untuk melakukan 5 langkah setiap hari. Sayapun sedang melakukannya kini. Semoga kita sama-sama berhasil.

Salam hangat penuh semangat

Betti Alisjahbana

Saturday, July 23, 2016

5 Levels of Leadership, Berguru Leadership dari John C Maxwell



Jumat 22 Juli 2016 saya berkesempatan untuk berguru tentang Leadership dari pakar dunia John C Maxwell. Seminar sehari berjudul The Grand Leadership Seminar ini bertempat di The Kasablanka Ballroom. John membuka sesi dengan memuji bahwa orang Indonesia sangat ramah dan selalu tersenyum, itu sebabnya dia senang datang ke Indonesia, meskipun tidak suka kemacetannya. John menempatkan dirinya sebagai teman para peserta. “I am John and I am your friend” katanya berulang-ulang. Dia ingin membuat para peserta sukses dan dia pun ingin para peserta membuat orang lain sukses.

John memulai seminar dengan mengangkat hukum terpenting dari John C Maxwell 21 Irrefutable Laws of leadership, yaitu : The Law of the Lid. Ia memberikan penekanan bahwa segala sesuatu dipengaruhi oleh kepemimpinan. Atau dalam bahasanya : Everything rises and fall on leadership. Menurut the law of the lid, kepemimpinan Anda adalah batas organisasi yang Anda pimpin. Bila nilai kepemimpinan Anda ada pada level 5 dari skala 1-10, maka kapasitas organisasi yang Anda pimpin akan mentok di 5 tidak bisa lebih. Karenanya kepemimpinan Anda harus terus diasah dan dikembangkan. Semakin baik Anda memimpin, maka akan semakin baik pula kapasitas organisasi Anda.

John lalu membahas 5 tingkat kepemimpinan secara sistematis, sebagai berikut :



Level 1 : Position
Kata Kunci : Right (Hak)
Pada level ini orang-orang mengikuti Anda karena harus, tidak ada pilihan. Hal ini terjadi karena Anda memiliki kedudukan/posisi sebagai atasan. Kepemimpinan level 1 adalah posisi yang baik untuk memulai, tetapi bukan posisi yang baik untuk menetap. Mengapa demikian ? Karena pada level 1 ini komitmen anggota tim rendah demikian pula energinya. Anda tidak bisa membangun organisasi yang hebat dengan kepemimpinan level 1. Biasanya Anggota tim akan bekerja sekedar sesuai keharusan saja. Di sore hari, pada jam 16:30 pegawai akan mulai merapihkan meja, siap-siap untuk menyambut hal terbaik pada hari itu, yaitu berakhirnya jam kerja. Anda tidak bisa membangun apapun dengan energi yang seadanya seperti ini.

Level 2 : Permission
Kata Kunci : Relationships
Pada level ini orang-orang mengikuti Anda karena mereka ingin dan menikmati. Mereka senang bekerja dengan Anda dan ada didalam tim Anda. Energi meningkat secara signifikan dibandingkan dengan level 1. Energi memang sangat terkait dengan hubungan baik. Anda senang dengan tim Anda dan peduli pada mereka. Sinergi antara Anda dan tim Anda berjalan dengan baik.

Pemimpin level 2 malakukan hal-hal berikut ini dengan baik :
  1. Mendengarkan dengan baik. Hal ini sangat penting, karena untuk bisa memimpin dengan baik, pemimpin harus mengenal dan memahami karakteristik masing-masing tim nya. Ia memimpin dengan cara yang berbeda untuk masing-masing anggota timnya, karena memang mereka termotivasi untuk hal yang berbeda.
  2. Melakukan observasi dengan baik. Pemimpin level ini mengamati timnya dengan baik. Bukan apa yang dikatakan oleh timnya, tetapi apa yang dilakukan oleh timnya yang diamati. Ini adalah tentang budaya. Budaya dibentuk oleh apa yang dilakukan. Dan apa yang dilakukan menentukan apa yang akan dicapai.
  3. Melayani dengan baik. Mereka berjalan disamping timnya, dan saling membantu. Pemimpin level 2 tidak mendaki gunung sendiri, melainkan membawa tim bersamanya. Karenanya pemimpin level ini tidak merasa kesepian di puncak.

Level 3 : Production
Kata Kunci : Results
Pada level ini orang-orang mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan untuk organisasi. Anda telah membangun kredibilitas karena prestasi. John memberikan ilustrasi tentang LeBron, pemain basket terbaik di dunia. Setiap orang tentu ingin menjadi bagian dari tim basket LeBron, karena percaya akan jadi tim pemenang bersamanya. Kepemimpinan level 3 adalah tentang “Winning”. Sejalan dengan meningkatnya level kepemimpinan, pengaruh Anda pun meningkat.

Pemimpin level 3 melakukan 3 hal ini dengan baik :
  1. Menjadi contoh. Orang mengikuti apa yang dia lihat. Kepemimpinan adalah soal “Visual”. Orang mengikuti apa yang Anda lakukan, bukan apa yang Anda katakan. Pemimpin adalah seperti tour guide. Dia pergi bersama timnya. Bukan seperti travel agent yang mengirim orang ke tempat-tempat yang tidak pernah dikunjunginya.
  2. Memiliki kekuatan Momentum. Anda membangun momentum. Momentum melejitkan segala sesuatu. Momentum ini dibangun oleh prestasi. Ketika Anda mencetak hasil yang baik, komitmen meningkat, dan komitmen yang meningkat menghasilkan hasil yang lebih baik lagi. Demikian seterusnya. Momentum dapat memecahkan 80% masalah. Sebagai ilustrasi, sebuah kereta yang berjalan dengan kecepatan yang tinggi dapat merobohkan dinding beton yang tebal yang menghadangnya. Sebaliknya benda sekecil satu inchi pun dapat menghalangi sebuah kereta untuk bergerak. Jadi bukan besarnya masalah yang menentukan, melainkan kecepatan momentum.
  3. Menarik orang terbaik. Pemimpin level 3 seperti magnit. Dia menarik orang yang baik seperti dia. Apabila Anda ingin merekrut pegawai yang mempunyai energi tinggi, jujur dan pekerja keras. Maka Anda harus menjadi orang yang punya energi tinggi, jujur dan pekerja keras dulu. Karena Anda akan menarik orang yang seperti Anda.

Level 4 : People Development
Kata Kuncinya : Reproduction
Pada level ini orang-orang mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan untuk mereka. Anda mengembangkan tim Anda dan membuat mereka lebih baik dan lebih sukses. Pemimpin Level 4 membuat multiplikasi. Pemimpin level 4 melakukan 3 hal berikut dengan baik :

  1. Merekrut dengan sangat baik. Sesuatu yang di awali dengan baik akan menghasilkan yang baik. Anda mengetahui kunci rekrutmen. Anda mempunyai gambaran yang jelas tentang seperti apa orang yang Anda cari. Sehingga Anda bisa menemukannya.
  2. Menempatkan orang diposisi yang tepat.
  3. Mengembangkan orang dengan baik. Berikut ini adalah 5 tahap didalam mengembangkan orang :
    • Saya melakukan dengan baik.
    • Saya melakukan dan Anda bersama saya untuk melihat. Saya menunjukkan apa yang harus dilakukan.
    • Anda yang melakukan, saya mendampingi.
    • Anda melakukan secara mandiri
    • Anda melakukan dan mengajak orang lain. Anda melakukan multiplikasi.

Level 5 : Pinnacle
Kata kunci : Respect
Pada level ini orang-orang mengikuti Anda karena siapa Anda dan reputasi Anda.

Untuk mengembangkan kepemimpinan , Anda disarankan untuk menganalisa pada level mana kepemimpinan Anda dimata orang-orang yang Anda pimpin. Bisa jadi tingkat kepemimpinan Anda berbeda dimata orang yang berbeda, karenanya analisa ini perlu dilakukan untuk masing-masing orang/kelompok. Lalu untuk masing-masing buat langkah untuk meningkat satu level ke atas. Demikian seterusnya, hingga Anda mencapai level tertinggi.

Selamat mengembangkan kepemimpinan.

Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana

Wednesday, June 1, 2016

Pembangunan Pesisir Ibukota Negara yang Terintegrasi bukan sekedar Reklamasi




Pada Awal April ketika M. Sanusi, anggota DPRD DKI Jakarta ditangkap KPK karena kasus suap terkait Raperda Reklamasi, spekulasi beredar tentang kemungkinan keterlibatan Ahok. Topik ini kemudian dibahas di group WA GAK (Gerakan Anti Korupsi) ITB. Dalam rangka itu maka saya meneruskan artikel yang ditulis oleh Josef H Wenas yang menjelaskan soal 15 % kontribusi tambahan yang diminta Ahok dari para pengembang reklamasi. Kepada Ahok saya memang selalu berangkat dari praduga tak bersalah kalau itu menyangkut masalah korupsi. Ahok adalah penerima penghargaan Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA) tahun 2013. Pada saat itu saya adalah ketua dewan jurinya, sehingga saya berkesempatan untuk meneliti cukup dalam tentang sepak terjang Ahok. Saya berkesimpulan bahwa Ahok anti korupsi.
Rupanya artikel yang saya teruskan ke WA GAK ITB itu tersebar luas, entah siapa yang menyebarkannya, dan tertulis nama saya sebagai originatornya. Nama penulis aslinya malah hilang dari artikel itu. Untuk itu saya ingin minta maaf pada penulis aslinya yaitu sdr. Josef H Wenas. Untuk mengoreksi sekaligus menyampaikan pendapat saya soal reklamasi, maka saya menulis artikel ini.
Selama berabad-abad Jakarta mengalami banjir yang serius. Berdasarkan ekstrapolasi tren permasalahan banjir, seperti penurunan tanah, meningkatnya permukaan air laut, perubahan iklim dan pertumbuhan perkotaan yang cepat diperkirakan masalah banjir ini semakin mengkhawatirkan selama dekade mendatang untuk wilayah bagian utara Jakarta yang sekarang menampung lebih dari 4 juta orang. Dari data yang saya peroleh, laju penurunan permukaan tanah di Jakarta ini antara 7,5 cm-12 cm per tahun, sehingga bila dibiarkan, 13 sungai yang melewati Jakarta tidak bisa dialirkan airnya ke teluk Jakarta. Oleh karena itu segera dibutuhkan solusi yang efektif, layak dan berkelanjutan.
Dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR, saya mendapatkan dokumen hasil studi JCDS (Jakarta Coastal Development Study). Studi ini dilakukan oleh Tim kerjasama Pemerintah Belanda yang diwakili oleh Deltares, WittBo dengan Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh PusAir dan ITB. Studi ini selesai pada akhir tahun 2011 dan laporan disampaikan kepada Menteri PU dan Gubernur DKI Jakarta (Waktu itu Gubernur nya masih Foke). Laporan dibagi menjadi 3 buku (Triple A) :
  • Atlas berisi tentang kondisi yang dihadapi Jakarta
  • Agenda berisi tentang usulan alternatif solusi yang terintegrasi
  • Aturan Main yang berisi tentang apa yang harus dispersiapkan agar rencana ini bisa diterapkan.
Laporan itu berisi usulan untuk memecahkan problema Jakarta mulai dari banjir, land subsidence, kualitas air, kebutuhan air baku hingga kemacetan, kebutuhan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru. Usulan solusi yang terintegrasi di bagi dalam 3 tahap yaitu :
Tahap I ; perlindungan terhadap banjir dalam jangka pendek, yaitu sampai dengan tahun 2020. Perlindungan ini mencakup banjir dari laut, sungai, dan sistem pengairan. Termasuk didalam tahap ini juga adalah pembangunan jalan, suplai air bersih, saluran pembuangan dan sanitasi. Biaya untuk tahap I ini diperkirakan sebesar USD 427 Juta.
Tahap II, adalah perlindungan terhadap banjir dalam jangka menengah, yaitu sampai dengan tahun 2030 dan tahap III adalah perlindungan dalam jangka panjang, yaitu sampai sesudah tahun 2030. Total biaya yang dibutuhkan untuk tahap II dan III masing-masing adalah USD 2,4 milyar dan USD 5,3 Milyar.



Sumber pembiayaan yang tidak sedikit ini direncanakan akan dimobilisasi dari APBN, APBD, Hibah & pinjaman luar negeri dan investor swasta (melalui Public Private Partnership). Hasil studi JCDS ini semula diharapkan dijadikan acuan program remidiasi dan untuk itu perlu dibuat Peraturan Gubernur DKI Jakarta dan Peraturan Menteri PU. Sayangnya ini tidak dilakukan. Gubernur DKI malah mengeluarkan ijin prinsip reklamasi 17 pulau satu bulan sebelum pak Jokowi dilantik jadi gubernur DKI (pada 16 Oktober 2012). Pergub ini menyebabkan reklamasi 17 pulau tidak masuk dalam program JCDS, sehingga reklamasi menjadi murni bisnis.



Melihat kenyataan ini, dan agar penyelamatan banjir dan lingkungan yang terintegrasi tetap dijalankan, maka dibuatlah NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), yang merupakan kemasan baru dari JCDS tetapi dengan mempertimbangkan ijin reklamasi 17 pulau yang telah dikeluarkan tersebut. Program ini menjadi lebih mahal dan mungkin tidak layak karena tanggul harus dibangun di laut dengan kedalaman -17 m dan ada ancaman over supply lahan di DKI. Padahal pada program JCDS tanggul dibangun di kedalaman laut – 8 m, sehingga lebih murah. Untuk memperbaiki kondisi ini Ahok berusaha meluruskan kembali melalui Perda tentang reklamasi dimana ada kewajiban kontribusi tambahan sebesar 15 % yang harus diberikan oleh para developer, agar penanganan lingkungan yang terintegrasi, mencakup pengendalian banjir, air bersih, air limbah, sampah, transportasi dapat dilakukan. Kontribusi tambahan inilah yang kemudian ditentang oleh para developer hingga terjadi kasus suap yang tertangkap tangan oleh KPK terhadap M. Sanusi (Anggota DPRD DKI Jakarta) disusul penetapan tersangka terhadap Presiden Direktur Agung Podomoro Land selaku holding group PT Muara Wisesa pemegang Izin Reklamasi pulau G.



Selain masalah diatas adapula berbagai peraturan yang tumpang tindih soal reklamasi ini. Hal-hal tersebut yang melatarbelakangi mengapa dalam Rapat Kabinet Terbatas, Presiden RI memutuskan agar reklamasi harus masuk dan terintegrasi dalam program NCICD yang diatur penuh oleh Pemerintah. Untuk melaksanakan integrasi ini, Kemenko Kemaritiman mendapat tugas untuk mengevaluasi masalah perijinan reklamasi serta masalah lingkungan. Sedangkan Bappenas mendapat tugas untuk melakukan kaji ulang Master Plan NCICD. Semoga pemerintah pusat dan Gubernur DKI berhasil merencanakan dan melaksanakan Pembangunan Pesisir Ibukota Negara yang Terintegrasi, serta Efektif dan Berkeadilan, bukan sekedar reklamasi.





Wednesday, April 6, 2016

Apakah Insentif Finansial Efektif ?


Beberapa waktu yang lalu saya merima pertanyaan dari salah seorang pemimpin perusahaan sbb : “Apakah insentif finansial, terutama bagi para tenaga pemasaran efektif ?”


Sepanjang karir saya di IBM selama 24 tahun saya terbiasa dengan sistem insentif. Selama itu pula saya tidak pernah mempertanyakan apakah cara itu adalah cara yang paling efektif untuk meningkatkan motivasi para pegawai.


Saya memang melihat bahwa dengan sistem insentif, tim pemasaran dan penjualan tampak bersemangat dan berlomba-lomba untuk meningkatkan penjualan, apalagi menjelang akhir tahun. Bulan Desember, ketika banyak pihak sudah berpikir untuk berlibur akhir tahun, kesibukan di kantor kami justru mencapai puncaknya. Biasanya tidak ada yang cuti pada bulan tersebut, demi mencapai kinerja tahunan yang baik.


Pada bulan Desember itu pula kami perlu lebih awas untuk meyakinkan tidak ada pengakuan pendapatan yang tidak wajar dan melanggar peraturan. Hal ini perlu dilakukan karena demi mencapai target tahunan, kadang-kadang ada upaya-upaya untuk menarik pendapatan yang seharusnya untuk bulan Januari atau Februari tahun berikutnya, untuk masuk ke pendapatan Desember.


Setelah saya menjadi inspirator dan konsultan di QB Leadership Center, beberapa kali saya berhubungan dengan perusahaan-perusahaan yang memilih untuk tidak menerapkan Insentif finansial (motivasi eksternal), termasuk untuk tim salesnya. Mereka percaya dengan kekuatan motivasi intrinsik yang telah ada di setiap individu. Pemimpin harus dapat menyingkirkan penghalang atau hambatan agar motivasi intrinsik tersebut muncul.

Setidaknya dua perusahaan yang menerapkan cara ini merasa pendekatan ini efektif. Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan usaha yang jauh lebih tinggi dari para pesaingnya, serta keterlibatan karyawan yang tinggi. Saya juga melihat kerjasama tim dan inovasi tumbuh subur di perusahaan-perusahaan ini. Syaratnya tentu saja para pemimpin dan manajer harus menjalankan peran nya didalam memotivasi segenap tim nya.

Baru-baru ini saya membaca sebuah artikel dari  Harvard Business Review berjudul “Why Incentive Plans Cannot Work”. Intisari dari artikel tersebut saya tuliskan di bawah ini :


Mengapa Program Insentif Tidak dapat Berfungsi ?


Menurut berbagai studi yang dilakukan di laboratorium, di dunia kerja, di kelas dan bentuk lain, insentif melemahkan proses yang ingin diperbaiki. Insentif hanya menghasilkan kepatuhan sementara. Untuk menhasilkan perubahan sikap dan perilaku yang tahan lama reward dan punisment sangat tidak efektif.


Ada 6 masalah dalam Program Insentif :


1. Uang bukan motivator


Meskipun pendapatan yang terlalu kecil akan mengganggu dan menurunkan motivasi, tidak berarti bahwa lebih banyak uang akan meningkatkan kepuasan atau meningkatkan motivasi.


2. Rewards punish


Hukuman dan insentif adalah dua sisi mata uang yang sama. Insentif punya efek hukuman. "Lakukan ini maka anda akan mendapat kan itu" tidak berbeda dengan "Lakukan ini, bila tidak maka ini yang akan terjadi pada kamu". Tidak mendapatkan insentif yang sudah diharapkan efeknya sama dengan dihukum, efeknya mematahkan semangat. Suasana kerja yang ditimbulkan adalah orang merasa di kontrol, bukan suasana kerja yang kondusif bagi eksplorasi, belajar dan kemajuan.


3. Insentif mengurangi kerjasama


Hubungan baik antar pegawai sering kali jadi korban perebutan insentif. Gerakan Total Quality Management menekankan bahwa program insentif dan sistem penilaian kinerja yang mengikutinya, mengurangi kerjasama. Peter R. Scholtes, dari Joiner Associates Inc. mengatakan "Setiap orang memberikan tekanan pada sistem agar bisa mendapatkan keuntungan individu. Tidak ada yang memperbaiki sistem untuk keuntungan bersama. Pasti sistemnya akan rusak". Kualitas yang baik tidak akan terjadi tanpa kerjasama yang baik.


Para pegawai bersaing untuk insentif yang terbatas, biasanya mengakibatkan mereka melihat sesama pegawai sebagai saingan yang menghambat suksesnya. Hubungan atasan dan bawahan juga bisa rusak. Contohnya pegawai akan cenderung untuk menyembunyikan kesalahan, karena kuatir akan membuat dirinya tampak kurang kompeten dimata atasannya (yang punya kontrol terhadap insentif).


4. Insentif menyampingkan alasan mendasar


Mengandalkan insentif untuk memompa produktifvitas seringkali membuat para manajer lupa pada alasan-alasan yang lebih mendasar yang bisa membuat perubahan yang berarti. Memberikan masukan, dukungan moral, dan ruang untuk membangkitkan determinasi personal adalah esensi dari manajemen yang baik.


5. Insentif menghalangi pengambilan resiko


Orang akan cenderung melakukan apa yang diminta apabila hadiahnya signifikan. Ini adalah akar masalahnya. Apabila seseorang di dorong untuk berpikir apa yang akan didapatkannya dengan melakukan suatu pekerjaan, dia akan cenderung tidak mengambil resiko/mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan lain. Dengan kata lain imbalan mengorbankan kreativitas.


6. Insentif meremehkan minat


Apabila tujuan kita adalah "excellence" tidak ada insentif artifisial yang bisa mengalahkan kekuatan motivasi interinsik. Orang yang melakukan pekerjaan yang luar biasa, biasanya bukan karena uang, melainkan karena mereka mencintai apa yang dikerjakannya.

Banyak yang akan terkejut dengan kenyataan bahwa motivator eksterinsik adalah pengganti yang buruk dari minat yang murni terhadap pekerjaan. Semakin seorang manajer menekankan pada apa yang akan didapat pegawai bila dia melakukan pekerjaan dengan baik, semakin berkurang pula ketertarikan pegawai tersebut kepada pekerjaannya sendiri. Berbagai riset menunjukkan hal ini. Insentif membuat seseorang fokus pada pertimbangan finansial.


Berdasarkan informasi diatas, mungkin Anda ingin tahu nasihat apa yang saya berikan kepada pemimpin perusahaan yang bertanya kepada saya tentang apakah insentif efektif ? Jawaban saya adalah, lebih baik dan lebih efektif fokus pada membangkitkan motivasi interinsik, karena ini akan memberikan efek yang jangka panjang.


Tentunya untuk membangkitkan motivasi interinsik para pegawai perusahaan membutuhkan manajer di setiap lini yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu memberikan masukan, melakukan coaching, memberikan dukungan dan memberikan ruang bagi masing-masing anggota timnya untuk berkembang dan menyingkirkan penghalang atau hambatan agar motivasi interinsik mereka dapat muncul.


Selamat membangkitkan motivasi interinsik.


Salam hangat penuh semangat