Tahun 2014 baru saja
kita tinggalkan. Berbagai pengalaman, suka dan duka, telah dilalui,
apapun itu tentu telah memperkaya khasanah pengalaman hidup.
Tahun 2014 akan saya
ingat sebagai tahun yang paling sibuk. Betapa tidak, pada tahun itu
Garuda melakukan IPO yang kedua. Sebagai komisaris independen, dan
Ketua Komite Audit, tentunya saya harus memastikan bahwa prosesnya
berjalan dengan baik dan benar. Alhamdulillah IPO berjalan dengan
baik. Pelemahan rupiah yang tajam, telah menimbulkan masalah besar
di Garuda. Sebagian besar pendapatan Garuda (yaitu dari penerbangan
domestik) adalah dalam denominasi rupiah. Sementara itu, sebagian
besar pengeluarannya, yaitu untuk sewa pesawat dan biaya avtur adalah
dalam dolar Amerika. Padahal Garuda sedang melakukan ekspansi
besar-besaran, yang berarti banyak pengeluaran untuk investasi dan
banyak destinasi yang baru dibuka yang pada tahun-tahun awal belum
menguntungkan. Rupiah yang melemah juga telah menurunkan daya beli
masyarakat sehingga banyak yang mengurungkan niat untuk bepergian
keluar negari. Selain itu banyak yang kemudian memilih untuk terbang
dengan Low Cost Carrier. Beruntung, Garuda punya Citilink yang
menangkap peluang bisnis ini. Tantangan lain yang dialami Garuda
adalah harga avtur domestik rata-rata lebih tinggi 12% dari harga
avtur dunia, padahal pengeluaran untuk avtur ini adalah 40 % dari
biaya operasi. Lambatnya pengembangan infrastruktur penerbangan
juga menekan maskapai penerbangan termasuk Garuda karena berdampak
pada inefisiensi operasional. Masalah yang begitu banyak yang
dihadapi Garuda telah menyebabkan kerugian yang signifikan di tahun
2014 dan telah meningkatkan kegiatan pengawasan yang harus dilakukan.
Tahun 2014 ditandai dengan masuknya Garuda dalam peringkat maskapai
bintang lima. Prestasi ini sangat membangkakan, mengingat saat ini
hanya ada 7 maskapai bintang lima di dunia.
Selain berperan
sebagai Komisaris Independen di Garuda, saya juga adalah komisaris
independen di PT Sigma Cipta Caraka. Perusahaan yang bergerak di
bidang Teknologi Informasi ini kinerjanya luar biasa di tahun 2014.
Diproyeksikan pendapatannya akan mencapai 1,8 trilyun rupiah dengan
tingkat pertumbuhan 35 %. Selain soal Garuda yang penuh dinamika, dan
Sigma yang sedang tumbuh dengan agresif, kesibukan saya juga
bertambah dengan peran baru sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA)
ITB 2014-2019, sejak tanggal 14 Mei 2014, dan sebagai Pejabat Ketua
Dewan Riset Nasional (DRN) sejak tanggal 21 Mei 2014, karena pada
tanggal 21 Mei 2014 tersebut, Prof Andrianto Handojo, Ketua DRN,
meninggal dunia, sehingga sebagai Wakil Ketua DRN, saya mengambil
alih tugas almarhum sebagai Pejabat Ketua Dewan Riset Nasional
sampai akhir masa jabatannya, yaitu 31 Desember 2014.
Di ITB banyak
perubahan sedang terjadi, sehubungan dengan perubahan statusnya
menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Ada
sederet Peraturan MWA yang harus dibuat, yang merupakan turunan dari
Statuta ITB yang baru. Selain itu MWA juga berkewajiban untuk membuat
kebijakan umum ITB. Kesemuanya itu membutuhkan pemikiran dan
pertemuan-pertemuan yang tidak sedikit. Selain itu peristiwa besar
yang baru saja diselesaikan adalah pemilihan Rektor ITB 2015-2020.
Proses pemilihan rektor berlangsung sejak 25 Agustus – 13 Oktober
dengan proses pencarian dan verifikasi calon nominee yang dilakukan
oleh Panel Ahli (Search Committe). Calon nominee ini dicari dari
dalam dan dari luar ITB. Pada proses ini 38 calon nominee mendaftar,
dan 25 diantaranya dinyatakan lolos sebagai nominee. Setelah melalui
presentasi dan pendalaman oleh panel ahli, 10 orang terpilih menjadi
bakal calon rektor. Senat Akademik ITB, melalui serangkaian proses
yang melibatkan partisipasi publik memilih 5 Calon Rektor. MWA ITB
kemudian mengerucutkannya menjadi 3 Calon Rektor dan pada tanggal 15
Desember 2014, melalui proses musyawarah untuk muwakat, pada sidang
MWA, Prof Kadarsah Suryadi terpilih untun menjadi Rektor ITB
2015-2020. Beliau akan dilantik pada tanggal 20 Janurai 2015.
Di Dewan Riset
Nasional (DRN), kegiatan-kegiatan pun tidak kalah padatnya. Pada
tanggal 25 juni 2014 kami menyelenggarakan Loka Karya Penguatan
Iptek di Daerah yang dihadiri oleh Pimpinan Dewan Riset Daerah, Ka
Balitbang Daerah serta Anggota DRN. Acara ini kemudian dilanjutkan
keesokan harinya dengan Sidang Paripurna dengan tema “ Iptek Untuk
Indonesia Yang Sejahtera dan Berdaulat” yang dihadiri oleh para
penggiat Iptek dari kalangan Akademisi, Bisnis dan Pemerintahan. Pada
tanggal 5-6 November 2014, DRN menjadi tuan rumah penyelenggaraan SEA
Conference on Innovation for Inclusive Development,
dengan
tema :
Making
Innovation for Inclusive Development Happen in the ASEAN Region.
Sepanjang
paruh kedua tahun
2014, kegiatan DRN
didominasi oleh penyusunan Agenda Riset Nasional 2015-2019,
yang nantinya diharapkan menjadi rujukan para peneliti, akademisi,
praktisi, para pengambil kebijakan dan seluruh komponen bangsa dalam
meneliti, mengembangkan dan memanfaatkan teknologi. Kegiatan DRN
tahun 2014 ditutup dengan Lokakarya “Iptek untuk Membangun
Indonesia dari Pinggiran” pada tanggal 9 Desember 2015 yang dibuka
oleh Menteri Desa, Pembagunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Marwan
Jafar. Keesokan harinya, dilanjutkan dengan Sidang Paripurna II 2014
dengan topik “ Kontribusi Iptek untuk Mewujudkan Poros Maritim
Dunia”. Pada
sidang paripurna ini, menteri koordinator bidang kemaritiman,
Indroyono Soesilo berkenan memberikan paparan kunci.
Berbagai kegiatan
sebagai Komisaris Independen di Garuda dan di PT Sigma Cipta Caraka,
serta kegiatan di MWA ITB dan Dewan Riset Nasional tidak mengurangi
kegiatan-kegiatan untuk menumbukan pemimpin-pemimpin yang Kompeten
dan Berintegratas melalui QB Leadership Center.
Di sisi personal,
tahun 2014 ditandai dengan keberhasilan untuk mewujudkan Resolusi
2014, yaitu menurunkan kadar kolestrol, dan membuat badan lebih bugar
melalui olah raga dan asupan makanan yang lebih sehat. Resolusi 2014
ini berawal dari pemeriksaan kesehatan umum yang dilakukan pada bulan
Desember 2013, dimana hasilnya menunjukkan kadar kolestrol yang agak
tinggi, yaitu total kolestrol 217, HDL 78, LDL 131. Selain itu ada
masalah perlemakan hati yang terlihat pada indikasi SGOT 55 dan SGPT
65, padahal seharusnya di bawah 31 U/L. Untuk menurunkannya, saya
berketetapan hati untuk melakukan olah raga paling tidak seminggu
tiga kali, dua kali seminggu di fitness center dan satu kali,
yaitu setiap minggu pagi, jalan pagi di kebun binatang Ragunan.
Selain olah raga, saya pun menghindari goreng-gorengan, mengurangi
daging merah, menambah ikan, tempe, tahu serta sayur-sayuran dan
buah. Alhamdulillah, karena sudah diniatkan, meskipun sangat sibuk,
komitmen untuk berolah raga tiga kali seminggu terlaksana dengan
cukup disiplin, demikian pula soal makanan. Alhasil kolestrol
berhasil turun menjadi kolestrol total 196, HDL 72 dan LDL 117.
Selain itu SGOT dan SGPT berhasil turun lebih kecil dari 31 U/L yaitu
25 dan 27. Rajin melakukan latihan di Fitness Center ternyata juga
memberikan hasil yang cukup baik, diantaranya, berat badan turun
empat kilogram, sehingga mendekati ideal, kadar lemak turun tiga
persen, berat otot pun meningkat. Metabolik
Age saya kini sepuluh tahun lebih muda dari usia
sebenarnya.
Semalam, kita
menyambut Tahun 2015 dengan suka cita. Tahun 2015 akan sangat berbeda
dengan tahun 2014. Pertama karena sejak tanggal 12 Desember 2014 saya
sudah bukan lagi komisaris independen Garuda. Menteri BUMN yang baru
memutuskan untuk mengganti hampir semua Direksi dan Komisaris Garuda.
Kedua, masa tugas saya di Dewan Riset Nasional yang sudah dua
perioda akan segera berakhir. Sebagai gantinya, satu perusahaan IT
yang merencanakan untuk segera melantai di bursa meminta saya untuk
menjadi komisaris independennya. Saya akan punya lebih banyak waktu
untuk ITB, dan untuk mengembangkan pemimpin-pemimpin masa depan
melalui QB Leadership Center. Selain itu sayapun akan punya waktu
lebih banyak untuk keluarga dan untuk kegiatan sosial. Selamat datang
tahun 2015, semoga di tahun ini akan lebih banyak karya yang bisa
disumbangkan untuk keluarga, masyarakat dan negara.
Salam hangat penuh
semangat
Betti Alisjahbana
It's never been better, Betti.....
ReplyDelete